Category Archives: opini

Entrepreneurship Untuk Siswa

Tulisan ini pernah di muat di Jawa Pos

Pada era sekarang ini dunia pendidikan di tuntut untuk mengembangkan kompetensi atau basic skill. Orientasi pendidikan tidak hanya pembelajaran formal dengan berbagai macam mata pelajaran, akan tetapi terkait dan terikat dengan tuntutan zaman. Sekolah terkadang hanya menuntut orientasi kelulusan dan lupa akan potensi, skill, dan bakat anak.
Di akui atau tidak sekolah adalah tempat mencetak manusia-manusia unggul, namun tidak dipungkiri pula bahwa sekolah terkadang melakukan dehumanisasi dalam artian potensi anak didik tidak dikembangkan. Memang benar sekolah adalah kewajiban, namun kesuksesan belajar tidak hanya lewat jalur sekolah. Lihat saja seorang ilmuwan Issac Newton menemukan berbagai macam penelitian tanpa harus sekolah, William Bill Gates orang terkaya di dunia selama 14 tahun saja keluar dari sekolah yang kemudian mendirikan Microshoft bersama temannya dan melakukan eksperimen hasilnyapun dapat kita nikmati sekarang ini..
Menyadari tantangan yang dihadapi dan kompleksitas permasalahan global, dimana technologiy competation yang ujungnya pada industrialistik, materalistik, sekolah atau dunia pendidikan harus melakukan orintasi baru melalui pembelajaran kompetensi untuk peserta didik.
Tidak heran jika pendidikan sekarang mengarah pada pengembangan berbasis kompetensi. Selain sebagai bekal potensi dapat pula sebagai sarana pengembangan sekolah berbasis keilmuan yang mengajarkan berbagai mata pelajaran.
Maka dalam menyosong era industri dan teknologi ini sekolah atau madrasah diharuskan melakukan orientasi baru dibidang pembelajaran salah satu caranya yaitu dengan memberikan pelatihan entrepreneurship untuk peserta didik.

Ekstrakurikuler Sekolah
Kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup. Dalam hal ini seseorang dituntut untuk melakukan proses sistematis penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumen dan peluang pasar.
Peserta didik merupakan sesosok generasi penerus bangsa yang akan menjadi pewaris negeri. Pertumbuhan fisik yang cenderung lebih cepat, sifat emosional dan ego yang masih labil. Mindset (pola pikir) kewirausahaan inilah yang harus ditanamkan pada peserta didik karena dipundaknyalah menjadi generasi maju dengan bekal inovasi dan kreatifitas.
Maka alternatif itu bisa dikembangkan yaitu melalui program ekstrakurikuler yang merupakan bentuk pembelajaran di luar jam sekolah. Kegiatan ini dilakukan pihak sekolah untuk membekali anak didiknya dengan berbagai pertimbangan di antaranya untuk mengoptimalkan potensi, melatih kedisiplinan dan menciptakan kreasi, inovasi dan kreatifitas anak didik. Kegiatan ekstrakurikuler ada yang secara sepihak diwajibkan dan ada yang tidak diwajibakan ini terkait dengan kemauan dan kebutuhan siswa.
Melaui ekstrakurikuler melalui program entrepreneurship siswa diharapkan mendapatkan skill individu untuk dapat dipraktekan dan dikemabangkan. Semisal siswa memiliki potensi pada dunia masak atau makanan maka ekstra tata boga harus mengajarkan sesuai dengan keinginan. Dari sini siswa akan bisa berlatih entrepreneurship dengan membuat inovasi produk makanan, pelatihan market (pemasaran) atau juga bisa dititipkan ke kantin sekolah serta manajemen industri.
Bahkan sekolah dapat melakukan inovasi baru berupa pengembagan lembaga kewirausahaan dengan berbagai program pelatihan kecakapan hidup untuk peserta didik pada program ekstrakurikulernya. Dalam hal ini sekolah dapat memberikan The Learning Experience (Pengalaman Belajar) untuk peserta didiknya.
Sungguh sangat berarti sekali jika dunia sekolah dapat menyentuh sisi-sisi keinginan anak didik. Jika ekstrakurikuler sekolah dapat berjalan dengan baik maka akan mendidik siswa untuk disiplin dan nilai kepuasan pada diri siswa. Bahkan kepuasan orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya dan pandangan masyarakat akan berfikir positif bahwa sekolah tidak hanya orientasi ijasah. Sebab melalui ekstrakurikuler ini anak didik memiliki bekal individu untuk bisa di kembangkan di kemudin hari.
Jika anak didik sesuai dengan potensi tentu saja akan mendidik mental mereka untuk bisa mandiri. Dengan rasa kemandirian ini siswa akan memiliki mental yang kuat dan tidak bergantung untuk menjadi pegawai atau bahkan sampai hanya menjadi buruh.
Inilah pola pembelajaran yang menyenangkan karena potensi skill mereka dapat diasah di sekolah tanpa harus mengeluarkan uang banyak untuk mengkuti kursus di luar program sekolah. Dengan demikian kesimpulan pembelajaran ekstrkurikuler sekolah ini, bahwa sekolah atau madrasah yang tidak pada program kejuruan dapat megembangkannya pada program ekstarakurikuler.
Inilah sekolah yang sangat menghargai potensi dan kreasi manusia. Termasuk potensi yang di bawa sejak lahir serta kreasi untuk mengembangkan, menghasilkan, menciptakan inovasi baru dalam berkreatifitas dan kemandirian.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

Menuntut Hak Kepada Fitri


Manusia telah sampai kepada suatu kesempatan yang begitu menatang yakni perjalanan satu bulan menjalankan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan rangkaian kewajiban seorang hamba kepada Tuhanya yang bayak mengajarkan kearifan, pada bulan tersebut manusia disuruh berbuat tentang kebaikan, keindahan dan kebenaran. Seperti tatanan nilai bahwa manusia merupakan mahluk ideal, namun derajat keimanan yang selalu naik turun.
Sangat ironi sekali jika di bulan yang penuh berkah seorang manusia lupa pada pendidikan yang begitu agung, setidaknya ada tiga hal yakni pertama, menahan lapar, dahaga dan nafsu dimana manusia supaya sadar tentang eksistensi diri dalam artian bahwa manusia memiliki idealitas fisik yang perlu diberi stimulus supaya memiliki kekuatan lebih. Kedua, tarawih dan tadarus artinya bahwa manusia memiliki sifat keilahiyahan yang menunjukan kedekatan dengan Sang Khalik dan dapat untuk memahami dan membawa bekal atau pedoman hidup berupa kalam suci. Ketiga, amal shaleh bahwa manusia diikat hubungan timbal bailk antara manusia dan alam lingkunganya untuk selalu bersikap ramah dengan mahluk lainnya.
Sedangkan rangkain pendidikan tersebut akan berjalan seimbang jika dapat menjalankan dengan penuh keihlasan, kesabaran dan rasa syukur. Sebab setelah menjalani puasa ramadhan manusia dihadapkan bentuk ekspresi hari raya idul fitri, pertama, mudik lebaran jadi bukan sekdar ritual tahunan namun bentuk ekspresi yang mengisyarakan hubungan silatuhrahmi atau hubungan kekeluargaan. Kedua, zakat dan shalat ‘id bahwa hal tersebut merupakan kewajiban seorang hamba untuk lebih santun dan kibaran bendera kemenangan.
Jadi disini pada intinya manusia dihadapkan pada suatu tantangan untuk membangun pribadi dan peradaban. Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah, pada bulan yang mulia ini seseorang yang benar-benar menjalankannya dengan penuh keyakinan maka ia akan terlahir kembali sesuai dengan fitrahnya yakni cahaya kesucian pada jiwa dan tubuhnya. Karena pada hari itu Allah memberikan ampunan, rahmat, kasih dan sayangnya.
Maka dapat ditarik pemahaman tantangan tersebut yaitu membangun pribadi bahwa manusia adalah memiliki peran yang tidak dimiliki peran mahluk lainya. Pada pembelajaran itu manusia di didik dengan berbagai hal seharusnya pribadi itu menjadi pribadi yang khafah. Pribadi seorang yakni menjalankan kewajiban bagi seorang hamba untuk selalu tunduk dan mengkoreksi diri menjadi insan yang berzikikir dan berfikir. Kualitas menjalankan kewajiban akan memberntuk mentalitas seoranng pemimpin yang memiliki jiwa pemberani, memahami kitab suci dan menghargai mahluk lainnya. Maka pribadi tersebut dapat menuntut hak berupa perayaan kemenangan.
Akan tetapi menjadi sirna jika pendidikan tersebut dilupakan, mereka hanya menjalankan ritual tanpa memahami makna sebenarnya. Sungguh malang nasib pribadi semacam itu, ia tidak akan mendapatkan apa-apa hanya ritual yang menjadikan dirinya menjadi manusia yang penurut, pemalas dan kurang percaya diri. Namun jika manusia bernar-bnenar menjalankan kewajiban tersebut sunguh mulyanya dia.
Hal ini terkait dengan hukum timbal balik kehidupan yang telah digariskan yakni “menjalankan kewajiban dan menuntut hak”. Jika ada seorang pekerja ia menjalani kewajibanya sebagai karyawan maka ia akan mendapatkan haknya berupa gaji. Namun jika dia menjalankan tugasnya dengan baik dan professional maka biasa saja ia mendapatkan hak yang lebih dari kenaikan gaji dan bahkan pangkat. Di sinilah ukuran kualitas seorang hamba, bagaimana ia telah menjalankan kewajiban ibadahnya, dia melakukanya dengan professional atau hanya sekedar bekerja.
Pribadi ideal bukan hanya meminta hak, terkadang di masyarakat kita banyak menemui berbagai macam tuntutan kehidupan dari pemukiman, jalan, gaji, pendidikan, kesehatan dan berbagai persoalah kehidupan. Pertanyaan yang muncul seberapa jauh kita menjalankan kewajiban sebagai masyarakat yang memiliki tuntutan tersebut, sebab kewajiban disini adalah rasa perjuangan. Seberapa besar peran dan usaha yang kita lakukan untuk mewujudkan peradaban yang di ridhoi Allah. Sedangkan masih banyak dari diri kita menjadi pribadi yang pemalas, peminta dan penakut. Sungguh malang negeri ini jika mentalitas kewajiaban belum tertanam di benak hati yang berfikitr, namun hanya tertanam kewajiban untuk saling menindas maka akan sirna peradaban yang di harapkan.
Maka dari itu marilah mengkoreksi kewajiban kita sebagai seorang abdillah dan khalifah. Setelah kita tahu seberapa besar ukuran kualitas dalam menjalankan kewajiban itu, barulah kita menuntut hak sebagai seorang hamba untuk menjadikan dunia yang lebih beradab dengan nilai-nilai Islam.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

Nyadran Tradisi Menyambut Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan kesembilan setiap tahun Qamariah. Pada bulan ini umat muslim baik laki-laki maupun perempuan di wajibkan untuk berpuasa yaitu menekan kehendak perut dan kehendak syahwat. Sebab bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah, rahmat dan magfiroh (ampunan). Pada sisi realitasnya masyarakat menyambut bulan suci tersebut dengan berbagai kegiatan seperti dugderan, songkabala, barikan dan nyadran.
Tradisi monotheistik meyakini bahwa Tuhan tidak diketahui oleh mahluk secara eksistensi, karena tidak ada yang hakiki selain Dzat Maha Hakiki. Oleh sebab itu realitas alam semesta hanya hakiki secara relatif sehingga Realitas-Nya berada jauh di luar pemahaman realitas mahluk.
Maka dalam hal ini tradisi keagamaan merupakan realitas mahluk untuk mengetahui eksistensi Tuhannya. Dalam konteks keagamaan tradisi merupakan warisan turun-menurun yang terus berjalan seiring zaman. Keniscayaan ini perlu sebuah pemahaman, karena tradisi merupakan realitas pemaknaan, sungguh sangat ironi pada keberagamaan yang lebih menekankan kesalihan ritual dari pada kesalehan individu dan kesalihan sosial.
Implikasi dari tradisi keberagamaan seperti itu adalah realitas sosial dan individu yang dihiasi dengan budaya ritualistik, kaya kultur yang bernuansa agama, tetapi miskin dalam nilai-nilai spiritual yang berpihak pada kemanusiaan. Sikap pada era postmodernisme yang bersifat positivistik dan materialistik menyebabkan manusia bersikap tidak wajar sesuai dengan ajaran agama. Hal ini berakibat pada sikap dan perilaku manusia yang bersifat menyimpang seperti; individualistik, konsumerisme, hedonis dan pragmatis. Perilaku tersebut merupakan penjajahan baru yang berakibat pada dekadensi moral, tak heran jika Indonesia mejadi negeri yang kehilangan kemanusiaan sikap korupsi dan menindas yang lemah menjadi tradisi keberagamaan.
Karena itu, tradisi keberagaman bukan hanya bersifat ritualistik akan tetapi menyakup beberapa kesalehan dalam bermasyarakat. Dalam konteks ini maka tradisi nyadran bukan sekedar ritualistic, akan tetapi merupakan ekspresi kesalehan individual dan sosial keberagamaan.
Tradisi nyadran
Bagi masyarakat Jawa dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, Syaban atau Ruwah merefleksikannya dengan tradisi nyadran. Istilah nyadran memiliki makna yang begitu dalam yang mengisyaratkan kegiatan manusia untuk lebih dekat dengan Tuhannya. Secara tekstual nyadran atau sadranan berasal dari kata Sraddha yang memiliki makna mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan makam, menabur bunga dan mendoakan serta mengabari akan datangnya bulan suci.
Nyadran merupakan ekspresi kultural keagamaan berbentuk ziarah kubur yang memiliki kesamaan didalam ritual dan obyeknya. Tradisi keberagamaan merupakan warisan turun menurun, dalam sejarahnya nyadran telah dilakukan sejak zaman Majapahit. Menurut Zoetmulder dalam bukunya yang berjudul Kalangwan tradisi nyadran pernah dilaksanakan untuk mengenang wafatnya Tribhuwana Tungga Dewi pada tahun 1352. Semenjak kedatangan agama Islan di tanah Jawa, tradsi nyadran tetap menjadi suatu tradisi yang turun menurun, namun oleh Sunan Kalijaga dikemas dalam nuansa Islami dan suasana silatuhrahmi.
Tradisi nyadaran pada masyarakat memiliki keberagaman yang dilakasanakan dengan berbagai cara yang berbeda. Dalam konteks kemasyarakatan nyadaran merupakan simbol refleksi atas rasa syukur menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Keberagaman penyambutan tersebut hanya bersifat komunal dalam artian masyarakat bisa menentukan kapan akan pergi berziarah ke makam leluhur. Namun refleksi tersebut juga dapat diselengarakan secara bersamaan di masyarakat dengan membuat tumpeng yang kemudian dibawa ke masjid dan kemudian mengadakan tahlilan beserta doa keselamatan menyambut kedatangan bulan suci tersebut.
Tradisi nyadaran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama dan Dzat yang maha kuasa. Tradisi ini telah menjadi ajaran keberagamaan yang di yakini yaitu mempersatukan warisan budaya lokal dengan ajaran Islam, sehingga terjalin hubungan dua eksistensi lokalitas dan ajaran agama Islam.
Kalau ditelusuri ritual tersebut memiliki berbagai macam kegiatan diantaranya doa keselamatan, pembacaan shalawat nabi, tahlilan ziarah kubur dan tumpengan. Nyadran bisa dikatakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang dilaksanakan sesuai dengan tradisi manyarakat. Hal ini mengisyaratkan adanya kekuatan lokalitas yang kental dalam tradisi masyarakat Indonesia, maka tradisi tersebut perlu dilestarikan sebab terkadang masyarakat modern telah banyak lupa akan nilai-nilai tradisi nyadaran.
Oleh karena itu, dalam tradisi nyadaran memiliki hubungan dialektika horizontal dan dialektika vertikal yang menandakan kesalehan ritul, individu dan sosial. Dalam tradisi nyadaran masyarakat akan semakin tahu makna ritualistik yang kaya akan nilai-nilai pendidikan.
Pendidikan kesalehan
Dalam kehidupan kemasyarakatan tradisi nyadaran dalam menyambut awal bulan Ramadhan telah mengariskan prinsip-prinsip tradisi lokal dan ajaran Islam. Prinsip-prinsip tersebut antara lain rasa ukhuwah, kasih sayang, tolong menolong, amar ma’ruf nahi munkar dan kesamaan bahwa setiap manusia pasti akan kembali kepada sang Khalik. Makna dari prinsip tradisi nyadaran bagi masyarakat Jawa adanya pendidikan kesalehan ritual, individu dan sosial.
Nyadaran dalam menyambut Ramadhan menjadi ajaran kemasyarakatan mengenai solidaritas sosial dan pemaknaan prinsip-prinsip ajaran tentang perilaku kehidupan yang tidak hanya bersifat materialistik, namun kaya akan nilai-nilai spiritualitas. Prinsip nyadaran sebagai bentuk tradisi keberagamaan yang mengajarkan kebaikan kepada sesame, baik yang sudah meningal maupun dengan sesama dan tentunya kepada sang Khalik. Ziarah kubur dan tumpengan mengisyaratkan hubungan Tuhan dengan dunia, dalam pandangan Frithjof Schuon merupakan simbol kesatuan wujud yang menegaskan bahwa karena Tuhan merupakan satu-satunya realitas maka yang ada hanyalah Dia, dan dunia ini pada dasarnya adalah Ilahiyah. Jadi tradisi nyadaran dengan berziarah ke makam leluhur dan tumpengan menegaskan adanya kebenaran esoterik yang hanya dapat dipahami dalam konteks spiritualitas.
Hidup dan mati adalah dialog tanpa akhir dengan Tuhan. Akal, nafsu dan hati merupakan perangkat yang harus digunakan oleh manusia secara selaras dan seimbang. Maka tindakan perilaku hedonis, korupsi dan individualitik dapat lenyap jika manusia memaknai betul nilai-nilai ajaran sebuah tradisi lokal tersebut.
Sebagai sebuah tradisi yang selalu diadakan guna menyambut datangnya bulan Ramadhan sebagai penghias untuk merefleksikan perilaku satu tahun yang lalu, bahwa manusia penuh dosa dan noda yang perlu dibersihkan sebelum ajal menjemput. Tradisi nyadran adalah tindakan kebajikan masyarakat yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan satu sama lain yang diniati ikhlas untuk menyambut bulan suci ramadhan.
Maka dari itu tradisi keberagamaan tersebut dalam konteks sosial dijadikan sebagai medium perekat sosial dan membangun jati diri bangsa. Sebagai sebuah tradisi keberagamaan nyadaran merupakan rekreasi spiritual untuk bersiap-siap dalam mendidik akal, nafsu dan hati. Untuk selanjutnya manusia akan menyadari hubungan dirinya dengan Tuhan. Tradisi keagamaan yang dilakukan masyarakat merupakan cermin awal sebagai sebuah bentuk kesadaran sekaligus pengakuan pasrah kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan mengapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

Spirit Koalisi Kebagsaan Urak-Urakan

Indonesia saat ini sudah memasuki fase ketiga pemilihan umum secara langsung oleh rakyat. Semenjak pemilihan calon legislatif (caleg), yang banyak meningalkan pelajaran yang berharga dari berbagai kasus kecurangan, kini pemilihan presiden menjadi hal yang menentukan bagi bangsa ini. Hal ini terkait dengan tuntutan perbaikan sistem pemerintahan yang berlandaskan good governance dan clean governance.
Tuntutan perbaikan sisten tersebut menghadapi tantangan berat dalam masa transisi ke arah pemeritah yang lebih demokratis. Membentuk sistem perwakilan yang dapat mewakili kepentingan rakyat. Sebab dinamika politik Indonesia menjelang pemilihan presidsen, diwarnai dengan penglompokan partai dalam koalisi. Partai Demokrat yang memenangi pemilihan legislatif mengandeng partai Islam, terbentuklah kolaisi kebangsaan yang (Nasional-Islam). Koalisi kebangsaan ini dalam jangka pendek bertujuan memenangkan calon presiden dan wakilnya (SBY dan Budiono).
Sementara itu PDIP dan Gerindra (Nasionalis-Baru), koalisi kebangsaan ini terbentuk merupakan awal tewujudnya konsesus nasional dengan harapan memenagkan Megawati dan Prabowo dalam pemilihan presiden. Sedangkan Golkar dengan Hanura (Kekaryaan-Nasionalis), menempatkan Jusuf Kalla dan Wiranto sebagai presiden menempatkan koalisi kebangsaan tersebut dengan jalan pembentukan strukturisasi nasionalis.
Terbentukny akoalisi kebangsaan partai tersebut merupakan hal yang lazin ditempuh dalam demokrasi.

Kemana partai Islam
Di sisi lain partai Islam telah mengandeng partai demokrat dan sebagian terjadi perpecahan menentukan arah kemana ingin melabuhkan. Sebab demokratisasi politik koalisi kebangsaan sekarang ini semakin memuncak dengan public opinion yang menempatkan partai Islam sebagai lahan suara. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya calon wakil presiden apalagi calon presiden dari partai Islam. Partai Islam hanya menjadi pendampiing (team sukses) untuk memenangkan calon presiden yang diusung dalam koalisi kebangsaan.
“New world order” sebuah ungkapan yang mengisyaratkan adanya pemebntukan dunia baru pada ranah partai politik. Tapi ini hanya seputar politik koalisi kebangsaan untuk dapat menciptakan labelling theory, yang bisa direkayasa menjadi public opinion sedemikian hebat sehingga korban misinterpretasi menjadi hancur reputasinya dan tak mampu bertahan. Begitulah kiranya nasib partai Islam sekarang ini, tapi apakah koalisi kebangsaan tersebut dapat mengusung kepentingan rakyat khusunya partai Islam.
Pemenangan presiden itulah yang dinanti dalam pemilihan presiden nanti, pemilihan presiden dan wakilnya yang diusung merupakan bentuk ideal dari tindak lanjut koalisi. Hal yang terpenting yaitu terbentuknya demokratisasi yang ditopang eksekutif dan legislatif yang kuat dalam mensukseskan Indonesia pada kancah internasional. Ini hanyalah sebuah pelajaran dari koalisi kebangsaan, namun bagaimana kita dapat menjembatani perbedaan parta-partai politik baik Islam, Nasionalis dan Kekaryaan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih demokratis dan terjalin rasa persatuan dan kesatuan.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

Memberdaykan Ekonomi Mikro Sentra Tanah Liat



KENDAL – Masyarakat Indonesia banyak mengantungkan hidupnya dikawasan pertanian atau agraria. Pada sisi lain ada potensi disekitar kawasan pertanian yaitu sentra industri tanah liat, yang sangat potensial untuk dikembangkan, diataranya yaitu pembuatan bata merah, genteng dan gerabah. Namun banyak pokok permasalahan yang dialami disentra industri tersebut diantaranya yaitu ketersedian sumber daya manusia, alat yang masih tradisonal dan aspek profesionalitas industri terkait dengan pola manajemen dan marketing.
Jika saja pemerintah dan para investor melirik industri tersebut tentu saja akan menjadi menarik. Sebab potensi tersebut sangat menjanjikan guna menopang ekonomi mikro lebih bermartabat. Sebab ekonomi mikro merupakan salah satu faktor yang dapat mengankat laju ekonomi nasional.
Maka dari itu baik pemerintah dan para investor dapat langsung terjun ke sentra industri tersebut, guna untuk memastikan potensi yang menjanjikan. Hal in terkait dengan aspek pengembangan industri kecil untuk tetap eksis seiring dengan industi persaingan ekonomi global.
Kerja sama dari berbagai pihak sangat dibutuhkan, sebagai upaya untuk menindak lanjuti perkembagnan ekonomi menuju persaingan global. Andai saja potensi tersebut dapat dimaksimalkan, tak pelak di desa industri sentra tanah liat akan mendapati masyarakat yang makmur dan membuka akses lapangan pekerjaan.
(Desa Tamangede Kecamatan Gemuhl Kabupaten Kendal)

1 Komentar

Filed under opini

Blog Bukan Sekedar Trend


Tulisan ini Pernah dimuat di Suara Merdeka)

Blogging sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat Indonesia, hal ini diperkuat dengan maraknya kaum muda profesional (mahasiswa) memiliki jejaring internet untuk mengaktualisasikan ide, pemikiran, gagasan, dan mencari uang di Google AdSense. Bahkan setiap tanggal 27 Oktober diperingati sebagai hari Blogger. Antusias tersebut membuktikan bahwa blog menjadi ciri dari perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Blogging adalah suatu hal dari arus perubahan zaman. Mahasiswa merupakan kaum muda intelektual yang memiliki peran sebagai agen perubahan. Pilihan untuk memiliki blog sebagai jejaring antar mahasiswa diseluruh Indonesia merupakan sebuah kebutuhan yang semestinya dapat terwujud.

Tapi akan menjadi pertanyaan, sejauh manakah mahasiswa yang ada di Indonesia memanfaatkan blog? Mengapa diperlukan media blog sebagai jejaring antar mahasiswa?
Sebagai trend yang telah mengejala. Begitulah ungkapan sederhana menilai dari perkembangan mahasiswa memanfaatkan media gratis tersebut. Blog memiliki berbagai manfaat sebagai media curhat, diary, promosi hingga mencari finansial. Fasilitas yang terdapat di blog terdiri berbagai macam selain sebagai ajang kreatifitas dan marketing. Biasanya mahasiswa memanfaatkan blog selain hal tersebut juga untuk saling tukar pendapat memberikan komentar pada tiap postingan dan jalinan persaudaraan di shout box. Namun tergantung bagaimana mahasiswa memaknai manfaat dan fungsi blog.
Akan menjadi berguna jika blog sebagai suatu media untuk menjalin jejaring antar mahasiswa yang berada di Indonesia atau bahkan mahasiswa di luar negeri. Blog sangat penting untuk membangun rasa persaudaraan. Hal ini diperkuat dengan maraknya mahasiswa mengikuti komunitas blogger. Jika blog menjadi jejaring antar mahasiswa di Indonesia maka akan menjadi wadah komunitas intelektual yang unggul.

Seharusnya blogging tidak hanya menjadi trend untuk sekedar mencari finansial dan aktualisasi diri, namun sangat positif jika menjadi media untuk membangun jejaring antar mahasiswa. Melalui komunitas blog antar mahasiswa, maka nuansa ilmiah akan terbangun, ide dan gagasan untuk perubahan Indonesia yang lebih baik dari kaum muda akan muncul dengan sendirinya. Bahkan akan menjadi tempat untuk saling berbagi informasi atau menjadi media menyalurkan kegemaran mahasiswa di seluruh Indonesia.
Blogging sebagai media jejaring antar mahasiswa dapat terjalin erat bila ditegakan dengan pondasi yang kuat. Peran blogging sebagai pondasi dalam memupuk multikulturalisme dan pluralisme antar mahasiswa di seluruh Indonesia. Jangan hanya memanfaatkan blog sebagai hal yang kurang bermanfaat atau hanya menjadi konsumen dari perkembangan zaman. Blogging berbasis jejaring antar mahasiswa akan menjadi media untuk bangsa yang beradab.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

VALUES EDUCATION ENVIRONMENT FOR CHILDREN AGE Preschools


I. BACKGROUND MATTERS
Global problems of the crisis more complex and multidimensional one serious problem is the damage to ecology or the environment, has become a global issue that involves the way the modern view of human nature. Environmental pollution problem gets much attention, because it overrides the world of today and generations to come. If it be, the main factor the occurrence of environmental destruction as a result of the large-scale products, modern technology.
According to the Tri Rachma Widuri and Praminto Moehayat in an article titled, Climate Change and Ecosystem Restoration, Kompas, 22 September 2007, hlm. 19, said that human activity in the field of forest industries that burn-seisi contents have been produced bursts of billions of tons of particles, gas and carbon dioxide klorofluorokarbon. This carbon emissions arising from burning fossil fuels that can not be diperbaruhi, such as coal, gas, and petroleum. Damage to forests in Indonesia, especially as the lungs of the world have a big enough contribution to climate change as a trigger and as a result of global warming menipisnya ozone layer.
Environmental conditions with dirusaknya the forest, burning, illegal logging, land petanian disulap into industrial and housing area. Has brought negative impacts such as drought. Indonesia is one of the country who are feeling the impact of weather damage to the system
According to Toto in Subandriyo article entitled Managing Drought Risk, Suara Merdeka, 12 September hlm. 13, said that the weather system damage has been caused climate anomaly as the temperature increases 1-1,5 degrees centigrade in Africa, so that the dry air that blow from Australia moving to African forests. This phenomenon is causing drought in the area ekuator, including in Java, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, and in part.
Climate change will make developing countries such as Indonesia to achieve the goals of sustainable development and millennium development goals or the Millennium Development Goals / MDG’s. Climate change will threaten the availability of natural resources, adding that faced severe problems, create new problems, and efforts to bring the solution more difficult to search and expensive.
Human activities to meet the needs due to a natural environment. Air pollution, soil, water, which sometimes does not bring suburnya as a result of agricultural land, flooding and landslides.
It is clearly known that damage to nature and the environment in which dasyat not sebabkan by penuaan nature itself but is caused by the hands, which is always within the stall, which indeed often exploit regardless of environmental damage. Crisis environment and humanity must be a central concern of every religious tradition and community, as well as a focus in the effort religions understand each other.
Man is a little more successfully manage kehidupanya (birth control and death control), now are required to seek the setting of the process that’s normal and natural environment in order to balance. Role for human menaggulangi issues as nature conservation efforts can be located through the path that is political, organizational, administrative, professional and scientific lines. So happens the balance of various human-oriented fields of study on the handling of the environment, because most of the disaster on the planet earth is caused by human actions ulah not responsible.
Phenomenon is that the need to prove the existence of a new reconstruction in the education sector to face global challenges of the age. In the era of ecological crisis in all the various systems of construction of ideology need a new direction in epistemology and kususnya on a new paradigm in the field of education.
Education format suitable conditions above, one needs to menyajkan implement educational strategies with a value-based environment as a source of religious life of the students to be able to recognize the true meaning of life.

II. Formula MATTERS
Based on the above background, the problems will be discussed in this paper are:
How is the value of environmental education for pre-age children?

III. Discussion
A. The concept of Environmental Education Value
1. Marrow Environment
At this time the term environment is often referred to as the top of the evidence that has begun to worry people will be potential damage to the environment. The term ecology is used as a term or a branch of science. While the term ecology was first introduced by a German nation zoology expert named Ernst Haeckel in 1866. In general, ecology can be defined as the relationship between organisms and their habitat, or learn about the science of the organism relationship with their environment.
While the term environment in this discussion is from the latin language biosfer are all things that are around people. Biosfer comes from the word bio means life, and means sphaire environment. Living creatures consist of people, plants, and microorganisms. Being alive is not possible apart from the environment of his life. Environment is the place where the living organism called the habitat and the organism tries to adjust his life according to the condition ekosistemnya.
Yusuf al Qardhawi views about the environment, namely a range where people are living, people living in it, whether or when the travel-in, as the man again, both in the real or forced. Another case with Otto Soemarwoto, in this case it defines the environment is a number of objects and conditions that we have in the room tempati and affect our lives. All of his life interacting with the environment, affect the environment and the life he pengaruhi by the environment in his life.
So the environment is a unity with all things space, power, and the organism, including the human and perilakunya of perikehidupan affecting human welfare and the other organism. Thus the talk about the environment, it will not be apart of who occupies the environment, so here there are two components, namely object and subject, the environment is basically all the things that is in the nature around, all objects, including manusai conditions and natural lakunya.
Human relationship with the environment going to the dynamic. Related and affect each other, people can develop if the perfect man can realize himself with the environment of his life. Humans, animals and plants can survive in accordance with the environmental conditions that support himself. Environmental conditions specified by it in a variety of factors. There are two environmental factors biotik and nonbiotik. Humans must be responsible for the maintenance and progress of the environment of his life.
Basically the man responsible for the maintenance of the environment to maintain the scope in which people live, so in accordance with the position and dignity as the caliph. Humans are of course aware that the universe created by God in, God’s power does not only create something that’s not there (conditio ex nihilo) to have (in exist), but includes the defense, maintenance, and the fulfillment of needs and support all aspects of the system His network citptaan well.
Healthy environment and a good throw kehijauhan perspective is longed for in every human being. Maintenance and preservation of the environment is also to be adjusted with the direction of development to get better does not happen imbalance. The balance of ecosystems will not occur if the interference from outside in the form of disaster, whether in sebabkan by natural processes and human nature. Also explain the Koran not to make mischief in the land such as this in the mail al A’raaf namely:
ولا تفسدوا في الأرض بعد إصلاحها وادعوه خوفا وطمعا إن رحمة الله قريب من المحسنين
“Do not make mischief in the earth, after the (God) improve and pray to Him with fear (will not be received) and expectations (be granted). Surely mercy of God is near to those who do good. ” (Q. S. Al A’raaf / 7: 56).

Basically, the damage of natural resources and the environment caused by human behavior itself. As a result of natural resources and energy in particular become scarce due to excessive levels of interaction (over explotation) and shows less aspect of development. Environment can in classifying into three categories namely:
1. Physical environment (physical environment)
Everything around us is shaped objects such as the death house, mountain, car, air, water, air, sunlight and other.
2. Biological environment (biological environment)
Everything that is in the form of human living organisms other than man himself, stars, moon, animals plants, Jasad renik (plankton) and the other.
3. Social environment (social environment)
The man-man who is in the surrounding community such as neighbors and others.
Humans have a vital role in the maintenance environment. If people ignore the environment means that people have made the ecological sin. So that the reconstruction needs of the new educational paradigm that tends to the realistic mekanistik. So a new paradigm must be ditanamkan since early. Through the introduction of ecological since early, children will realize the importance of maintaining, caring, and preserve the environment.
2. Environmental Values Education
Education is an absolute requirement that must be met, because the education for human life is to provide himself with the knowledge. All can achieve with effort and prayer that as closely as possible, with the long process of gradual and systematic planning based on the strong to achieve what is desired in the appropriate destination.
Education in English known as “education” is derived from the Latin “educere” means entering or someone to enter science. The Undan-Undang RI No 20 of 2003, education, namely:
Conscious and planned effort to realize the atmosphere of learning and the learning process so that students are actively developing itself to have potential for spiritual strength, self-control, personality, intellect, noble character, and himself the necessary skills, community, nation and state.
Meanwhile, according to Ahmad Tafsir educational guidance is given to someone so that he grew the most. Meanwhile, according to George F. Kneller education is “education is the process of self realization, in which the self realizes and develops all its potentialities.”
From the definition above pendidkan is a conscious effort to realize the good morals and self-supply in accordance with the potential of the birth. But education requires a systematic planning process and through long and continuous.
Similarly the value of environmental education is the education of Islam, the basis for environmental education are also fundamental values of Islam. When we hear of values, will hold because we value as a theme of broad and abstract. Position educational value as well as moral education can be spelled out even as the science of ethics but the reality of starting a new value of impacts that occur in the current era, the tercetus called the value of education.
Implementation of environmental education for this, found, among other problems bebagai; the low participation of the community to play an active role is due to a lack of understanding of the problems that have environmental education, low level of ability or skill and the low commitment of the community in solving problems.
Environmental education is the effort to change attitudes and behavior conducted by different parties or elements of society that aims to increase knowledge, skills and community awareness about the values of environmental issues and environmental problems that ultimately can mengerakkan for people to play an active role in conservation efforts and environmental safety for the benefit of generations now and future.
Talking about the value will not have a lot of utmost expert opinion that is different, because the value as something that is essential to the inherent nature of a belief system that has been associated with a subject that gives the sense that someone who believes.
Principal environmental problems have become global issues, the need to provide environmental education as a series of concepts to build the value of environmental education is ideal. To understand the value of education in accordance with the discussion of this basic understanding that they needed a strong, no surefire first study will be about values.
According to interpret Riseri Frondizi value:
Value is a quality that does not depend on the object; object is something of value, the tergantungan includes every form of empirical, the value is the quality of a priori. So the value of the assessment is someone who believes that the goods that have meaning and value laden.
Meanwhile, in view of the Sidi Gazalba in the quotation by Chabib Toha, imply a value:
Value is something that is abstract, it is ideal, the value is not a concrete object, not a fact, not only the issue of correct and incorrect according to the empirical verification, but a matter of penghayatan the desired and not desired, and be not be.

Value can be viewed from different angles, if the terms of the needs of human life, the value according to Abraham Maslow grouped into five (5), namely, biological value, security, love, self esteem and self value. Another case if the value of education is associated with Islam. To excavate the value set in the glorious Islamic education in the need sociological and philosophical foundations as paradigmanya.
Value system as the basic framework of the guidelines to be behave ruhaniah appropriate physical and moral system that taught Islam. Islam is a value system that is comprehensive that includes good and bad deeds. Value that is a covered component or sub-system according to Arifin in the book, entitled Philosophy of Islamic Education, earth literacy hlm. 126 of them, namely:
1. Cultural value system that senada and senapas with Islam
2. Value system that has a mechanism of social movement oriented to the prosperous life in the world and the Hereafter.
3. System of a psychological value of each individual who is driven by functions to behave in psikologisnya controlled by the value that a source rujukanya.
4. Value system behavior of living creatures (humans) that contains interrelasi or interkomunikasi with the other. This behavior arises because of the demands of the need to maintain a life colored by a lot of value in the motivatif himself.
The startegi in the value of the approach are closely related because the value to the interests and needs. So in this approach, an educator is expected to do the following:
1. Create situations of social life, in this case the student is connected with the social scope of the opportunity to give it to him to make choices and feel the consequences of that choice for themselves and the community
2. Provide opportunities for students based on experience to ponder and reflect the various consequences of what it receives and does not receive a value of community life, students will be private.
3. Provide the opportunity for students to feel the benefits of receiving a value in the hubunganya life together.
4. Encourage the students through the provision of adoration and appreciation for the value of the practice has been understood and accepted start.
So also in the value of the education system does not have any meaning and full of meaning, meaning the value of education in the educational value Rohmat Mulyana is education that includes aspects of teaching or guidance to students in order to realize the value of truth, goodness, and beauty, through the process of consideration of value appropriate and consistent pembiasaan act.
This showed that the relationship between the subject with the object, has important meaning in the life of the object. In his view Syamsul Ma’arif in puralisme education in Indonesia, said the value of education is education that attempts to develop the creative potential of students, not just the problem facts, rational scientific truth, but the problem is more than the cognitive afektif.
Through the planting value since early childhood will be more aware of the importance of maintaining the environment. Now education is more emphasis on pre election talents and interests through play and learning methods. While the park early childhood education put more emphasis pembelajarn centers, children free to choose the desired center. Sentra natural materials is one of the centers that show the natural materials or goods used.
Value highly the role of education in the need for efforts penyadaran individual and social, as with the educational value of the environment is expected of students able to realize ekologisnya:
وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا وأحسن كم ا أحسن الله إليك ولا تبغ الفساد في الأرض إن الله لا يحب المفسدين

“And do okay (to others) as Allah has been good to you, and you do jangalah damage in the (face) the earth. Allah loveth not those who do mischief. ” (Q. S. Al Qashash/28: 77).

The purpose of education is meant the value of the environment so that students understand, appreciate and experience values, able to put the integral in the lives of the environment which ultimately can cause concern, a commitment to protect, improve, exploit the environment wise, participated in creating new patterns of behavior are friends with the environment, develop environmental ethics and improve the quality of life.
من جاء بالحسنة فله خير منها ومن جاء بالسيئة فلا يجزى الذين عملوا السيئات إلا ما كانوا يعملون
“Whoever comes after a good deed, he shall (a reward) better than kebaikanya it, and whoever comes after the crime, then those who do evil that has not been given a reply, but what they did (balanced)” . (Q.S Al Qashash/28: 84).

B. Value for planting Ecology Age Child Preschools
1. Age of Child Preschools
Phase is the pre phase that every child will experience a period after breastfeeding. At this phase is a period of exploration for the development of the child to speak, always want to move, always want to have a selfish thing. Phase of the school age is between 3 to 6 years and is part of the younger children who are born on rentangan age samapi 6 years. At this age triminologi are referred to as the pre-aged children.
Pre-aged children for a phase-sensitive children begin to receive the various efforts throughout the development potential of children. The period of sensitivity is a function of the occurrence of maturation-physical and psychological function that is ready to respond to the stimulus provided by the environment. This is a period of time for laying the first foundation in the physical ability, cognitive, language, social, emotional, self-concept, discipline, independence, artistic, moral, and religious values. Stimulus that matches the potential of children in the period of its development, as an educator to teach their children how to speak, walk, play and how berolah sport.
Basic education for pre-age children is also in accordance with the Law of National Education System No. 20 of 2003 which is “kindergarten (TK) performs keperibadian education to develop self-potential and in accordance with the development of students.”
Oriented approach for learning pre-aged children must be in accordance with the target, then we need to remember the pre function of education, the goal in the kindergarten cited by M. Person in the book Capita Selekta Pendidikan Islam establish kindergarten are:
a. Provide a complete education to the children (3-6 years) in accordance with reasonable development.
b. Provide help and guidance to mothers to educate their children.
c. Educate and prepare prospective mother melaluin theory and practical to be a leader for the kindergarten and duties as mothers.
While the function of education pre namely:
1. Extending the measure attitudes and child-oriented charity to measure attitudes and individualitasnya in harmony.
2. Implement the mandate of the education of parents in children’s developing personal meaning through the process of learning to obtain the formal elements of basic science with the introduction of children to the natural surroundings.
3. Prepare children with the experience, attitude and ability to enter into the actual school.
1. Target pre-age children’s education is to be able to get the best people and the education process mengemban able to do something appropriate intellectual, social, physical, beauty, and moral, can be a rapprochement with the environment.
Approach to learning in the pre-aged children do pembiasaan based and have a basic ability in children. Approach and learning in kindergarten and raudhatul atfhal should observe the following principles:
1. Learning-oriented principles of child development.
2. Focused on the needs of children.
3. While learning to play or learn while playing
4. Use the thematic approach
5. Creative and innovative
6. Conducive environment.
7. Develop the skill of living.
Education is a pre-age child development and learning oriented students, and establish perkembanganya growth and develop potential and bakatnya to become a man of faith and fear to God that omniscient one, have a certain noble and to realize a civilized nation.
2. Personal Values Education Environment
Islam is the “rahmatan lil’alamin” means the religion that brings benefits to the whole of nature. Kindergarten (TK) as a pre is the most important part of the system to deliver a series of children entering primary education.
Pre diusia learning is a form of education that provides a full program of learning. Preschool education on the potential of children associated with the intellect (Intellegence), skills (skills), language (language), socializing behavior (social behavior), physical (motor) and art (aesthetics) began to grow and develop.
Scope of education then the value of the environment can diselaraskan through the material pendidkan. In general, the scope of educational materials, namely the value of the environment; materials faith, the spiritual, the social, intellectual or material ratio, masteri physical and aesthetic.
Planting ecological value through various methods can be used as learning activities, among which are:
1. Play Method
At this time children tended to like the game, then do not wonder if the TK is considered as a place to learn and play.
a) Method sosiodrama or role that is central to the way mendramatisasikan behavior or a certain role as simulasinya. Ie children invited to participate into the well or wise to the environment. Become a role model or pet animal nature and behavior of animals.
b) Method and the center circle, which is one of the methods of educating children in the concept of the play. This method is equipment and materials grouped play some center as needed, such as the center beam; children are making the house and garden from the beam power according imanjinasinya. Children invited to play with the visualization of animals, using the tools and materials from the surrounding environment. Children invited to create a tool permaian of materials used.
2. Method tells
Very influential role of the teacher because the teacher is a central learning. Method is a technique menuturkan story or convey verbally, the teacher gives lessons to the story of oral language. Told to appreciate the friends, the environment, told the world about animals, plants, and stories example.
Method of absorption through the story of ecological value for children aims latih power as the ability to think and express power kosentrasi. Imanjinasi help perkembagan power, creating a fun atmosphere, close to the books, animals, plants, and stories example.
3. Method Demonstration
Through the method demontarasi expected to provide the illustration to explain the information to the child. For example, teachers’ practice in place the trash or sweep the floor. Even making tool of the remnant waste.
Very influential role of teachers in methods Demonstration, the teachers are expected to become a good example for students. Demonstration through methods in the ecological value penghayatan children are expected to be active, berpeilaku friendly against dirt and find out the truth if we do not dispose of waste in place will cause kekumuhan dikelas and meninmbulkan spread of mosquitoes.
4. Method Pembiasaan
Refraction method is important because it will shape the personality of children. Pembiasaan have a wise and discerning can dibiasakan by both students disekolah, family life and the environment. Through the method pembiasaan teachers or educators to give good example of the ecological value of exercise.
Dibiasakan children to behave friendly towards each other, animals, plants and all the covers. Be appropriate with the disyariatkan Islam, such as the trash in its place, courtesy after eating and drinking.
5. His method of Tourism
This method is given to the children how to introduce that the universe is the result of God’s creation there is no both of them. Give attention to the child in accordance with reality, which include; children invited to the zoo to see the names of the animals that are inside and being able to appreciate the other.
Through the method of the tour will arise curiosity and ecological awareness. Teachers’ role is to explain the various names of animals, food, and others. Then the teacher can provide ecological value that all animals are God’s creation, compulsory for children to respect and treat all the animals in this world.
Planting education environment is not only value the learning process dikelas, but there are many activities supporting learning environment are:
1. Outbound
Is a learning activity for the establishment of children’s attitudes (self-confidence, team work). Learning can be through this group and the puzzle game of the group.
2. Gardening or farming
This activity aims to love and appreciate the natural environment. The activities can be done with planting flowers in the school, mentiram, and clean up the dirt around the schoolyard.
3. Berternak
Learning berternak indeed sometimes make a fuss, because related prasaranan school. Berternak intended to provide children to love the environment and activities are used as media for the pemebelajaran aspects perternakan. Children can learn recycle leftover food and excrement to make compost.
4. Market day
Events such as this to introduce children to practice berwirausaha. Students are trained to be able to make a plan, a campaign to sell that is the most important. That is able to sell the works of children’s own The natural materials into works of art.
5. Outing
This activity is as a way kegitan deepen the material that was submitted disekolah. This activity is carried out by visiting the places in accordance with the theme of learning materials.
6. OTFA (Tracking Out Fun Adventure)
Is the sustainability of the outbound and the outing, but this material as a final evaluation of berbgai activities. This activity can be done disekolah and outside school. Forms of activities are subject to the agreement the most interesting for students, such as outbound, recreation, camping and tracking.

IV. CONCLUSIONS
From the description above conclusions can be drawn as follows:
1. Education is the emphasis the value of environmental aspects of teaching so that students realize the value of truth, goodness and beauty as well as the learning process that produces changes in behavior and attitudes to the environment of respect mikrokosmos to makrokosmos
2. Planting environmental values education can be through education and the scope of the material using the method BCCT or more in the know with the method of centers and methods of natural learning method and model that are relevant to introduce the importance of maintaining, and caring for the environment. Integrate supporting activities such as outbound, outing, market day, and berternak farming.

V. CONCLUSION
Thus the author for the paper, it is still far from perfection. The author is aware of this process in learning to search through ridho Illahi Rabbi. So I hope the critics and suggestions that can be built for the simple perfection this paper.

REFERENCES
Abdullah, M. Amin, Falsafah Kalam Di Era Postmodern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, Cet II
Abdurrahman, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990
Alim, Sahirul, Menguak Keterpaduan Sains, Teknologi Dan Islam, Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1996
Arifin H. M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003Capra, Fritjof, Menyatu dengan Semesta, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 1999
Baidhawy, Zakiyuddin, Ambivalensi Agama, Konflik Dan Nirkekerasan, (Sumpang: LESFI, 2002
Brotowidjoyo, Muhayat Djarubito, biologi, Editor: Dian P. Sihotang, Andri Wahyu Wedaningtyas dan Jessica Rillanry, Jakarta: Erlangga, 1994
Budiharjo, Eko Dan Sudanti Hardjohubojo, Kota Berwawasan Lingkungan, Bandung: Anggota IKAPI, 1993
Draf Final Kurukulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak Dan Roudhatul Athfal, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004
Fadjar, A. Malik, Holistik Pemikiran Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005
Frondzi, Riseri, Pengantar Filsafat Nilai, Terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Kneller, George F, Logic And Language Of Education, New York: John Willey And Sons, Inc., 1996
Ma’arif, Syamsul, Pendidikan Pluralisme Di Indonesia, Yogyakarta: LOGOS PUSTAKA, 2005
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV. Alfabeta, 2004
Nasr, Seyyeed Hossein, Antara Tuhan, Manusia dan Alam, Yogyakarta: IRCiSoD, 2003
Qardhawi, Yusuf, Islam Agama Ramah Lingkungan, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2002
Rahardja, Prathama, Ilmu Pengetahuan Sosial, Geografi Dan Kependudukan 2, Klaten: PT Intan Pariwara, 1991
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu (Kumpulan Tentang Pemikiran Dan Usaha Meningkatkan Mutu Dan Relevansi Pendidikan Nasional), Jakarta: Balai Pustaka, 1993
Soemarwoto, Otto, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005, Cet. XI
Subandriyo, Toto, Mengelola Resiko Kekeringan, Suara Merdeka, Rabu 12 September 2007
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet III
Toha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996
Ulwan, Abdullah Nasih, Tarbiyah Al Aulad Fi Al Islam, Terj. Jamaludin Mirri, “Pendidikan Anak Dalam Islam”, Jakarta: Pustaka Nun, 1999
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sisitem Pendidikan Nasional, Semarang: Aneka Ilmu, 2003
Wahyudin Y, Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut http://komitmenku.wordpress.com/200813/keruskan-lingkungan-pesisir-dan-laut/
Warahana, Wisnu Arya, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), Edisi Revisi III
Widuri, Rachma Tri dan Praminto Moehayat, Perubahan Iklim Dan Restorasi Ekosistem, Kompas, Jakarta, 22 September 2007

1 Komentar

Filed under opini

KAWASAN WISATA EKOLOGI

KAWASAN WISATA EKOLOGI

Wisata ekologi (ecotourism) merupakan salah satu program pemerintah Semarang sebagai bentuk perwujudan kota berwawasan lingkungan. Namun bagaimana mewujudakan wisata ekologi tersebut, jika identitas kota Semarang sebagai kota barang dan jasa masih terjadi konflik terkait dengan perencanaan kota. Konflik tersebut terjadi sebagai akibat ketidakyamanan masyarakat terhadap kinerja pemerintah kota, seperti; kurangnya sarana dan prasarana lingkungan, penderitaan yang di akibatkan oleh banjir dan tanah longsor, pengalihan lahan pertanian menjadi industri dan perumahan dan bahkan berbagai benturan kepentingan terkait dengan lahan dan ruang yang semakin terbatas.
Maka seyogyanya pemerintah kota dapat memberikan perencanaan kota yang tidak mengkesampingkan masyarakat marjinal dan dapat memberikan yang terbaik demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.
Masyarakat tentu akan bangga sekali jika wisata ekologi menjadi suatu dambaan sebagai upaya untuk menarik para wisatawan lokal maupun asing. Mereka akan terpesona dan terkesima bahwa ibu kota yang biasanya identik dengan kegiatan ekonomi mampu menyuguhkan kesan lain berupa taman-taman wisata berbasis lingkungan.
Salah satu proyeksi tempat wisata ekologi tersebut yaitu terletak di kawasan Semarang Tengah, khususnya kawasan Gunung Pati dan Mijen dan Kawasn Semarang Barat, khususnya kawasan Mangkang. Sebab kawasan tersebut memiliki nilai keindahan alam serta kekayaan tanaman dan buah-buahan.
Hal ini ditengarai oleh keunikan dan potensi kawasan tersebut, semacam Guo Kreo yang telah dikenal karena potensi alam dan hewan yang hidup bebas serta memiliki sungai-sungai dengan arus yang cukup deras. Bayaknya tempat pemancingan sebagai nilai plus untuk pengelolaan wisata ekologi, bahkan Semarang masih memiliki banyak tempat wisata yang bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata ekologi diantaranya kawasan Pantai Maron dan Marina, Taman Margasatwa Wonosari atau Bonbin Mangkang, Kawasan Hutan dan Danau BSB di Ngaliyan dan Air Terjun dan gunung di Ungaran.
Oleh sebab itu, biar tidak terjadi konflik perencanaan kota antara pemerintah dengan masyarakat. Setidaknya pemerintah kota mampu membuat perencanaan kota berwawasan lingkungan yang tidak memarjinalkan daerah-daerah pingiran kota yang biasanya terkenak dampak dari pembangungan kawasan kota. Ini dapat dilihat dari banyaknya bencana baik bencana banjir maupun tanah longsor yang menimpa di kawasan tersebut semisal di daerah Genuk, Mangkang, Tugu, Tembalang, dan Gayam Sari.
Sebab kawasan wisata ekologi merupakan bentuk penyadaran nilai antara pemerintah dan masyarakat. Maka pemerintah dan masyarakat harus memiliki kesadaran dan bersemangat dalam mewujudkan wisata ekologi melalui partisipasinya dalam menjaga dan merawat lingkungan bukan hanya konflik perencanaan kota yang menimbulkan konflik sosial.
Melalui kawasan wisata ekologi diharapkan kita mampu bersifat arif dan bijak terhadap alam, karena sekarang ini dunia telah dilanda oleh krisis ekologi salah satu permasalahan internasional yaitu akibat terjadinya global warming.
Kota Masa Depan
Kawasan wisata ekologi sebagai bentuk representasi kota masa depan yang lebih bercorak kepada kota berwawasan lingkungan tanpa menghilangkan nilai kota berbasis barang dan jasa.
Kota masa depan merupakan sebuah perencanaan kota Semarang yang memiliki slogan ATLAS (Aman Tertib, Lancar, Asri, dan Sehat), tentunya kota yang mampu memberikan rasa kemanusiaan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Kawasan wisata ekologi bukan hanya pemanfaatan ekonomi bisnis semata, namun terikat dengan tujuan kota masa depan yaitu yang mampu memberikan pembelajaran pendidikan nilai lingkungan hidup baik berupa tempat riset atau laboratorium ekologi. Melalui wisata ekologi seseorang mulai belajar experiential learning (belajar melalui pendekatan pengalaman), pepatah bijak mengatakan pengalaman adalah guru terbaik.
Menanamkan pendidikan nilai lingkungan hidup tidak hanya proses kegiatan belajar mengajar di kelas, namun dapat diterapkan di kawasan wisata ekologi yang menyajikan pembelajaran interaktif semisalnya; outbound, outing, arum jeram, fly fox dan pengenalan tumbuhan dan binatang.
Lewat pembelajaran nilai lingkungan hidup di kawasan wisata ekologi merupakan sebagai bentuk pembelajaran pelestarian kota, karena kawasan kota telah lelah dengan kegiatan industri dan perdagangan yang sering kali memberikan kejenuhan dan kebosanan.
Akankah perwujudan kawasan wisata ekologi dapat terrealisasikan, yang tidak hanya sekedar mengejar motif ekonomi akan tetapi mampu mewujudkan tujuan kota masa depan yang menghargai lingkungannya.
Peran Masyarakat
Kawasan wisata ekologi merupakan tujuan mulia yang akan menanamkan nilai-nilai, baik struktur ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya maupun estetika. Bahkan merupakan kebanggaan tersendiri buat kota Semarang jika mampu merealisasikan kawasan tersebut serbagai bentuk pembelajaran terhadap alam.
Adanya kawasan wisata ekologi merupakan terobosan baru yang tentunya jangan di sia-siakan begitu saja, akan tetapi menjadi sebuah kesempatan baik untuk pemerintah maupun masyarakat.
Oleh sebab itu, harus ada bentuk kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk merealisasikan kawasan wisata ekologi, agar setiap orang mampu menyadari peran dan hubungan dirinya dengan lingkungan hidup. Sebab masyarakat sebagai sistem sosial yang memiliki interaksi dan komunikasi langsung dengan lingkungan hidupnya memiliki andil besar dalam mewujudaknya baik memalui bentuk pelestarian dan menjaga keseimbangan (equilibrium) lingkungan, karena masyarakat sebagai penghuni lingkungan hidup. Menjunjung tinggi kesadaran lingkungan adalah sebuah alternatif individu, dan akhirnya menuntut kesadaran kolektif.
Bahkan masyarakat dapat mengembangkanya ke dalam dataran ekonomi semisalnya dengan pengembangan usaha makanan kecil, oleh-oleh khas Semarang dan pernak-pernik kerajinan tangan. Tentunya potensi wisata ekologi menjadi pola hubungan yang saling menguntungkan dan upaya pemerintah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Melalui kerjasama tersebut diharapkan dapat mendapatkan manfaat, selain sebagai upaya untuk pelestarain dan penghijauan alam.
Dengan demikian kawasan wisata ekologi adalah sebuah kebutuhan dan peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Maka setiap masyarakat berhak untuk mengaktualisasikan ide dan gagasan perencanaan kota masa depan yang lebih hijau dan indah.
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat merupakan keterpaduan yang harusnya saling menopang guna mewujudkan kota berwawasan lingkungan. Dengan demikian selain sebagai upaya mewujudkan kota masa depan, kawasan wisata ekologi menjadi proyeksi kota Semarang untuk menunjukan eksistensi kota berwawasan lingkungan.

Tinggalkan komentar

Filed under opini

ekspresi material idul fitri

EKSPRESI MATERIAL LEBARAN

Berbicara tentang kedatangan lebaran tentu sangat menarik sekali sebab berbagai cara dilakukan umat Islam dalam merayakan idul fitri. Lebaran identik dengan pulang kampung, mudik lebaran, paket hadiah, gaji ketiga belas, tunjangan hari raya, baju baru, makanan enak dan masih banyak lagi bentuk ekspresi menjelang lebaran. Inilah bentuk ekspresi lahiriyah yang banyak dipahami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.Berlebaran identik dengan uang dan kehidupan ekonomi yang kesemua kebutuhan rumah tangga harus terpenuhi. Bila diperhitungkan saja secara matematis untuk menyambut bulan suci ramadhan saja tingkat komsumsi masyarakat sudah cenderung meningkat. Penyambutan lebaran apalagi karena culture masyarakat yang komsumtif, hingga menyebabkan harga kebutuhan pokok meningkat. Ini disebabkan culture yang sudah berkembang dan meyakini bentuk ekspresi tahunan. Padahal tujuan lebaran untuk menjalin tali persaudaraan atau ukhuwah untuk saling memaafkan.Dari bentuk ekspresi tahunan ini dan culture masyarakat yang cenderung komsumtif membuat dunia bisnis perdagangan dan jasa mendapat keuntungan yang besar dari bentuk ekspresi masyarakat ini. Berbagai iklan, promosi dan jasa transportasi dan penggadaian ramai untuk menarik para konsumen.Sudah kita ketahui bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi dan belum menunjukan pemulihan, malahan diperparah dengan berbagai persoalan. Dari kenaikan bahan bakar minyak (BBM), harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi, kelangkaan minyak tanah dan konversi elpiji yang tidak menjamin kesejahteraan masyarakat. namun tidak mengurangi minat masyarakat untuk mengekspresikan hari lebaran.Hedonistik materialistikManusia hidup tidak terlepas pada etika, norma dan hukum yang berlaku, begitu juga seseorang yang memeluk agama. Budaya masyarakat Indonesia masih rapuh di tingkatan produktifitasnya yang hanya berjalan pada wilayah konsumenisme. Sejalan dengan pendapat Karl Marx bahwa moral atau sifat manusia ditentukan oleh kondisi ekonomi berupa materi yaitu manusia ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhinya. Sifat manusia sama sekali tidak memiliki daya dan upaya terhadap kondisi lingkungan. Kondisi sekarang menunjukan bahwa kapitalisme telah menjajah manusia yang cenderung bekerja pada wilayah material.Faham Karl Marx sampai sekarang tetap masih hidup walaupun komunisme telah hancur teriring hancurnya Negara Uni Soviet, namun faham tersebut tetap bertahan sampai sekarang yaitu mereka yang disebut dengan “wetensdhappelijke socialism” atau sosialisme ilmu.Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa hubungan teori Marx terhadap ekspresi lebaran..?. Karl Marx merupakan seorang keturunan Jerman pada teorinya ini dapat di tarik kesimpulan pemikiran bahwa manusia sebagai budak material berupa masyarakat yang cenderung kapital. Tidak dapat dipungkiri budak material sudah berkembang dinegeri ini sebut saja perebutan kekuasaan oleh elit politi mereka bersaing bahkan menghalalkan segala cara. Paling ironinya yaitu jika lebaran tiba para elit pemerintahan malahan meminta gaji ketiga belas dan parcel yang bernilai jutaan.Padahal rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan. Para buruh pabrik yang berkerja dari pagi sampai sore terkadang di gaji tidak sesuai dengan UMR. Bila diperhitungkan kebutuhan pokok mereka saja belum tentu terpenuhi apa lagi untuk menyambut kedatangan hari raya idul fitri. Seharusnya para elit pilitik menjadi contoh atau suri tauladan bagi rakyatnya, bukanya menuntut tunjangan kesejahteraan. Sebenarnya yang perlu mendapatkan tunjangan sosial yaitu mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan.Inilah manusia telah menjadi budak materi, kekuasaan diperebutkan banyak orang berpolitik menjadi bendera untuk meraih derajat tertinggi dimata manusia lainnya. Begitu juga kekuatan materi menjadi dorongan kuat dalam menguasai nafsu seseorang. Nafsu untuk saling menindas, rakyat miskin berupaya keras mencari sedikit rizki namun di todong dengan mainan pistol Satpol PP. Sedangkan para petinggi republik ini saling berebut kursi kekuasaan bahkan paling parahnya para wakil rakyat ini bermesraan dengan pasangan selingkuhannya. Sungguh malang negeri ini jika masih dipimpin oleh mental Marx dan jiwa korup yang menjadi pikiran.Mentalitas pemimpin negeri ini sangat kacau jika masih mengikuti ajaran kapitalis berupa penindasan atas nama kesejahteraan dan kemakmuran. Kita ketahui bahwa kekuatan modal sangat berpengaruh dalam dunia ketiga atau era pasar bebas sebut saja Transnational Corporation (TNC) dan Multinational Corporation (MNC) dan bangsa Indonesia telah terjajah dengan faham kapitalisme global. Mengapa mentalitas pemimpin negeri tidak cenderung keluar dari sarang material dan seksualitas, sedangkan Negara tercinta ini masih saja menjadi budak oleh kekuatan asing.Semua jawabannya yaitu pada kekuatan diri berupa “nafsu”. Nafsu untuk menindas kaum lemah, nafsu untuk menguasai yang bukan haknya. Kekuatan pengendali manusia berupa nafsu inilah yang menjadi senjata ampuh untuk mengikat keinginannya tehadap sifat meteri. Sebab dalam pandangan Marx pengendali manusia berkerja pada wilayah lingkungan yang cenderung kapital. Maka saatnya seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah kembali menata nafsunya. Sesegera mungkin kembali kepada nafsu mutmainah (jiwa yang tenang).Namun tidak hanya para elit politik saja yang menjadi sorotan tajam namun juga masyarakat pada umumnya. Masyarakat Indonesia sudah mulai tergilas dengan budaya barat yang cenderung materalistik serta culture masyarakat yang lebih mengedepankan sikap hedonistik atau berlebihan dalam menyambut lebaran.Maka hendaklah kesadaran diri mulai dibangun sebab jika sampai sikap materialitik hedonistik melanda sikap mentalitas bangsa, akan membuat bangsa ini lebih sengsara. Saatnyalah menata diri, menjaga hati dan mengekspresikan lebaran dengan semangat kesejahteraan dan kemakmuran, bukannya berebut kekuasaan dan berfoya-foya.

1 Komentar

Filed under opini

puasa, ketakwaan dan kekuasaan

Puasa, Kekuasaan dan Ketakwaan

Membincang puasa dan kekuasaan diri upaya membangun manusia yang beriman dan bertakwa tidak terlepas dari ayat al Qur’an surat al Baqarah ayat 185, menyatakan bahwa setiap umat Islam wajib melaksanakan puasa ramadhan dan tujuannya supaya menjadi insan yang bertakwa.
Puasa bukanlah ekspresi tahunan yang datang untuk diperingati dengan kemewahan. Namun sangat ironi sekali jika puasa dijadikan satu eksploitasi baru sebab masyarakat kita yang cenderung konsumtif dan meyakini akan nilai-nilai tradisi. Sehingga dalam menyambut bulan puasa mereka berkeinginan lebih untuk menyambutnya. Semisal tradisi dukderan dan warak ngendok, sebagai hasil warisan budaya untuk menyambut bulan suci ramadhan.
Ada yang berangapan bahwa jika puasa tiba tingkat komsumsi masyarakat meningkat hingga menyebabkan harga kebutuhan pokok meningkat. Ini disebabkan culture yang sudah berkembang dan meyakini bentuk ekspresi tahunan. Padahal tujuan puasa untuk menjadikan manusia bertakwa.
Namun tidak menjadi masalah jika manusia sadar betul dalam memaknai puasa. Ada nilai lebih dari manfaat puasa selain bagaimana menahan rasa lapar dan haus. Di perintahkan pula untuk menahan nafsu. Nilai etika dan pendidikan ruhaniyah sangat tertanam dalam ajaran ibadah puasa.
Manusia dan kekuasaan diri
Manusia hidup tidak terlepas pada etika, norma dan hukum yang berlaku, begitu juga seseorang yang memeluk agama ada garis pembatas untuk melakukan sesuatu hal. Terlepas dari teori etika Karl Marx berpendapat bahwa moral manusia ditentukan oleh kondisi ekonomi berupa materi yaitu moral manusia ditentukan oleh lingkungan yang mempengaruhinya. Sifat manusia sama sekali tidak memiliki daya dan upaya terhadap kondisi lingkungan. Kondisi sekarang menunjukan bahwa kapitalisme telah menjajah manusia yang cenderung bekerja pada wilayah material.
Faham Karl Marx sampai sekarang tetap masih hidup walaupun komunisme telah hancur teriring hancurnya Negara Uni Soviet, namun faham tersebut tetap bertahan sampai sekarang yaitu mereka yang disebut dengan “wetensdhappelijke socialism” atau sosialisme ilmu.
Di Indonesia dulu aliran Marx atau biasa disebut dengan Marxisme sangat berkembang pesat, terutama kelompok politik sebut saja Partai Sosialis Indonesia (PSI), Marxisme-Trozkist dalam Partai Murba dan Marxisme-Leninist dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
Faham yang kedua datang dari Sigmund Freud seorang ahli “psikoanalisis”, yang menyatakan bahwa manusia sama sekali tidak berdaya terhadap kekuatan yang ada dalam dirinya yaitu berupa kekuatan libido atau kekuatan seksualitas. Semua aktifitas dan pikiran serta perilaku sesorang bersumber pada dorongan kekuatan libido atau seksual, dalam artian bahwa manusia adalah budak sek.
Pertanyaan yang kemudia muncul adalah apa hubungan teori Marx dan Freud terhadap puasa, kekuasaan dan ketakwaan?. Karl Marx dan Sigmund Freud merupakan seorang keturunan Jerman dan Yahudi. Pada teori ini dapat di tarik kesimpulan dua pemikiran yaitu manusia sebagai budak material berupa masyarakat yang cenderung kapital dan budak kekuatan seksualitas berupa perbutan kekuasaan.
Di sebutkan dalam al Qur’an surat Adz Dzariat ayat 56 menyatakan bahwa “tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu”. Manusia adalah seorang budak “abdun” atau seseorang yang menyembah. Namun realitas menunjukan lain sekarang manusia telah menjadi budak ajaran Marx dan Freud dan menginkari nikmat mereka saling berebut materi di pemerintahan. Manusia telah menjadi budak materi dan libido, kekuasaan diperebutkan banyak orang berpolitik menjadi bendera untuk meraih derajat tertinggi dimata manusia lainnya.
Begitu juga kekuatan libido menjadi dorongan kuat dalam menguasai nafsu seseorang. Nafsu untuk saling menindas, rakyat miskin berupaya keras mencari sedikit rizki namun di todong dengan mainan pistol Satpol PP. Sedangkan para petinggi republik ini saling berebut kursi kekuasaan bahkan paling parahnya para wakil rakyat ini bermesraan dengan pasangan selingkuhannya. Sungguh malang negeri ini jika masih dipimpin oleh mental Marx dan Freud serta jiwa korup yang menjadi pikiran.
Mentalitas pemimpin negeri ini sangat kacau jika masih mengikuti ajaran kapitalis berupa penindasan atas nama kesejahteraan dan kemakmuran. Kita ketahui bahwa kekuatan modal sangat berpengaruh dalam dunia ketiga atau era pasar bebas sebut saja Transnational Corporation (TNC) dan Multinational Corporation (MNC) dan bangsa Indonesia telah terjajah dengan faham kapitalisme global. Mengapa mentalitas pemimpin negeri tidak cenderung keluar dari sarang material dan seksualitas, sedangkan Negara tercinta ini masih saja menjadi budak oleh kekuatan asing.
Semua jawabannya yaitu pada kekuatan diri berupa “nafsu”. Rasulullah telah mengajarkan kepada kita bahwa jihad paling besar yaitu “jihad an nafs”, jihad melawan hawa nafsu atau melawan diri sendiri. Kekuatan nafsu menjadi pendorng mentalitas seseorang sebab jika al hawa atau nafsu al amarah menyerang diri seorang maka sifat jasmani dan ruhani manusia akan lemah dan memiliki mentalitas korup.
Kekuatan pengendali manusia berupa nafsu inilah yang menjadi senjata ampuh untuk mengikat keinginannya tehadap sifat meteri dan seksualitas. Sebab dalam pandangan Marx dan Freud pengendali manusia berkerja pada wilayah lingkungan yang cenderung kapital dan seksualitas atau libido terhadap kekuasaan ataupun selingkuhannya.
Maka saatnya seorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah kembali menata nafsunya. Sesegera mungkin kembali kepada nafsu mutmainah (jiwa yang tenang).
Puasa dan ketakwaan
Puasa adalah ibadah maghdhoh rukun Islam ke empat. Di dalam ajaran puasa sangat berbeda dengan rukun Isalm lainnya seperti syahadat, shalat, zakat dan haji. Puasa lebih berorintasi teosentris berupa semua hal yang dilakukan dan dikerjakan semua hanya Allah yang menilainya. Derajat takwa tidak mudah untuk diraih sebab tingkatan inilah yang menjadi dasar seseorang mengetahui diri dan perannya sebagai hamba atau budak.
Puasa hanya di syari’atkan kepada dirinya yang mengaku beriman sebab puasa merupakan pengendalian dirinya dengan Tuhannya. Karena puasa tidak dapat dilakukan atas dasar penampilan, kekuasaan materi dan kekuatan libido. Puasa menurut bahasa adalah “menahan dari segala sesuatu”. Sedangkan menurut syari’at yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari
Dari ibadah puasa ini seyogyanya manusia megetahui jati dirnya, maka tidak cenderung terikat penuh dengan teori faham Marx dan Freud: Pertama, kekuatan manusia memang terikat dengan materi namun juga terikat dengan immaterial berupa kekuatan qalb (hati), puasa mengajarkan menahan nafsu materi sebab disisi Allah hanya hati bertakwa yang bias dekat dengan-Nya. Tidak semua hal dapat dipecahkan dengan kekuatan modal atau uang. Kedua, kekuatan manusia tidak hanya libido namun juga an natiq (pikiran). Nasfu seksualitas pada kekuasaan dan sek, tidak semua hal terpenuhi dengan menguasai tapi lihatlah siapa yang hidup di sekeliling kita, karena puasa mengilhami untuk menjaga nafsu libido dan memulyakan manusia lainnya, Ketiga, nafsu mutmainah bahwa manusia memiliki kekuatan selain kekuatan materi, material, libido dan pikiran. Manusia juga diberi kekuatan berupa kekuatan jiwa yang selalu dalam ketakwaan berupa nafsu mutmainah. Puasa merupakan intisari upaya membentuk jiwa seseorang dan pengemblengan mental tangguh.
Sangat jelas sekali bahwa syari’at Islam mengajarkan untuk menahan diri dari segala hal yang dilarang dan bertujuan untuk meraih tingkatan takwa. Orang yang mencapai derajat pada tingkatan takwa yaitu seseorang yang terpelihara dari segala yang menjerumuskan atau segala hal yang dilarang oleh agama. Ibarat seseorang yang dalam perjalanan ia harus membawa bekal dan tahu tujuan yang diharapkan, jadi agama menjadi bekal untuk mengarungi kehidupan didunia sebagai hamba guna meraih tujuan hidup yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Takwa berasal dari kalimat fi’il atau kata kerja “tattaquwn, yattaquwn”, yang berarti melaksanakan seluruh hal yang diperintahkan dan menjahui segala hal yang dilarang.
Saatnyalah manusia kembali mengkoreksi dirnya, siapa yang mengendalikan dirinya kekuatan material kah atau kekuatan libido kah. Semua bentuk penindasan datang karena kekuatan material dan seksualitas. Maka mulai saat ini kembalilah kepada jiwa yang tenang kemabali pada tali Allah berupa agama Islam yang akan mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena Allah menyukai dan mencintai orang yang taubat dan mensucikan diri, bukan materi dan libido.

Tinggalkan komentar

Filed under opini